Gunung Anak Krakatau
Jadi, pada 27 Agustus tahun 1883 telah terjadi letusan gunung yang sangat dahsyat di Indonesia. Gunung itu bernama Gunung Krakatau. Letusan tersebut sangat dahsyat sehingga dampaknya pun tidak main-main. Diberitakan pada saat itu letusan gunung terdengar 4.600 km dari pusat letusan. Ledakan tersebut mengluarkan batu-batu apung dan abu vulkanik bervolume 18 km3. Semburan debu vulkanis mencapai 80 km. Sehingga dapat dikatakan semua benda tersebut mencapai permukaan Jawa, Sumatera, hingga Australia, Sri Lanka, India, Pakistan, dan Selandia Baru. Karena kedahsyatan letusannya, Gunung Krakatau musnah dan rata oleh letusannya sendiri.
Setelah 40 tahun letusan tersebut berlalu, pada tahun 1927 muncul gunung yang dikenal sebagai Gunung Anak Krakatau di permukaan Gunung Krakatau dulu. Gunung tersebut memiliki kecepatan pertumbuhan tinggi 0.5 meter perbulan.
Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan
Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita geologi, seismik serta
tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu
terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan
Anak Krakatau akan meletus. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan ini akan
terjadi antara 2015-2083. Namun pengaruh dari gempa di dasar Samudera Hindia
pada 26 Desember 2004 juga tidak bisa diabaikan.
Menurut Profesor Ueda Nakayama salah seorang ahli gunung api
berkebangsaan Jepang, Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering
ada letusan kecil, hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati
kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini. Para
pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau
yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325
M. Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan
sebelumnya. Anak Krakatau saat ini secara umum oleh masyarakat lebih dikenal
dengan sebutan "Gunung Krakatau" juga, meskipun sesungguhnya adalah
gunung baru yang tumbuh pasca letusan sebelumnya.
Pada 22 Desember 2018 lalu, telah terjadi letusan Gunung Anak
Krakatau yang menyebabkan tsunami di sekitaran pantai Selat Sunda. Tsunami
tersebut memakan korban kurang lebih sekitar 1000 orang, diantaranya ada yang
luka-luka, meninggal, dan hilang. Sekitar 400 rumah di Pandeglang yang terletak
di dekat pantai roboh atau rusak berat akibat tsunami. Selain itu, 9 hotel di
Pandeglang dan 30 rumah di Lampung Selatan juga rusak berat. Jalan raya yang
menghubungkan Serang dan Pandeglang terputus. Dibarengi dengan kondisi
gelombang tinggi karena adanya peristiwa bulan purnama di Selat Sunda pada
21-25 Desember. Peristiwa tsunami ini dikatakan langka karena tanpa diawali
gempa bumi.
Hingga saat ini pada 02-01-2019 pun masih terjadi letusan -letusan
kecil dari Gunung Anak Krakatau. Diimbau untuk tetap waspada kepada seluruh
masyarakat pesisir pantai dan sekitarnya.
Sumber: Wikipedia
Comments
Post a Comment